Multikulturalisme dan Demokratisasi di Indonesia

Tulisan Seputar Lingkungan

Posted: 3 September 2010 in Artikel

Tulisan-tulisan Fr. Purwohadiwardoyo, MSF

Ekologi, Sebuah Pemahaman Dasar

Keanekaan Hayati

Cara-Cara Melesetarikan Keanekaan Hayati

Tumbuh-Tumbuhan

Pemanasan Global

Dampak Pemanasan Global pada Naiknya Permukaan Air Laut

Pencemaran Lingkungan

Pendidikan Agama di Bidang Lingkungan Hidup

Tulisan Lainnya:

Pendidikan Agama Islam dalam Masalah Lingkungan Hidup

Kerusakan Lingkungan dan Bencana

[1]

M. Agus Nuryatno, Ph.D

Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

If a child lives with hostility, he/she learns to fight

If a child lives with tolerance, he/she learns to be patience

If a child lives with praise, he/she learns to appreciate

If a child lives with fairness, he/she learns justice

If a child lives with acceptance and friendship, he/she learns to find love in the world

Dorothy Law Notle

Pengantar

Pluralitas etnis, agama, dan budaya adalah sebuah kenyataan sejarah bangsa Indonesia. Keragaman bisa menjadi anugerah sekaligus bencana. Jika dikelola dengan baik dapat memperkaya kehidupan manusia, sebaliknya jika tidak dapat dikelola dengan baik dapat menimbulkan bencana berupa ketegangan, konflik, dan kekerasan, sebagaimana yang terjadi beberapa waktu yang lalu di Indonesia. Konflik dan kekerasan adalah sebuah dehumanisasi, dan bukanlah ontological vocation manusia. Panggilan ontologis manusia adalah humanisasi, yaitu proses menjadi manusia sejati, manusia otentik, the fully human beings (meminjam bahasa Paulo Freire).[2] Dalam bahasa Colin Lankshear manusia adalah “makluk praksis yang hidup secara otentik hanya ketika terlibat dalam transformasi dunia,”[3] yaitu transformasi menuju kehidupan yang lebih manusiawi, kehidupan yang menghargai hak dan martabat manusia, tanpa memandang ras, suku, dan agama.

Baca entri selengkapnya »

Membangun Wawasan Kebhinekaan melalui Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan, Perspektif Teologi Katolik

Membangun Wawasan Bhineka Tungga Ika, Perspektif Islam

Agama dan Keberagaman Budaya

Masalah Pembelajaran Agama di Sekolah

Belajar Agama Bersama Anak Muda

Oleh. Drs. Ida Bagus Agung. MT ( ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia DIY )

MENINGKATKAN SRADHA DAN BHAKTI

Sasaran pokok pembangunan dalam bidang keagamaan adalah meningkatkan kualitas        “ sradha dan bhakti “ umat  hindu terhadap Sang Hyang Widhi ( Tuhan Yang Maha Esa ). Untuk itu umat hindu dididik dan dibina agar  meyakini betul yang namanya “Panca Sradha” ( lima keyakinan/kepercayaan  ) yaitu : (1) percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, (2) percaya adanya Atman, (3) percaya adanya Hukum Karma Phala, (3) percaya adanya Kelahiran Kembali/Reinkarnasi dan (5) percaya dengan adanya Moksa.

Baca entri selengkapnya »

Pendidikan Agama Menanggapi Masalah Lingkungan Hidup, Perspektif Kristen

oleh: I Nyoman Sadra.

Bali sejatinya telah memiliki sebuah konsep filosofis dalam menjaga alam serta kehidupan yang ada didalamnya. Konsep tersebut digambarkan dalam bentuk “Swastika” sebuah lambang yang disakralkan oleh masyarakat Bali. Bagi saya pribadi, gambar dasar dari Swastika yang berbentuk tanda tambah ( + ) adalah lambang keseimbangan sedangkan garis yang ditambahkan pada setiap ujung tanda tambah yang menunjukkan arah putaran Swastika menggambarkan bahwa Swastika itu berputar atau hidup. Dengan demikian, saya berpendapat bahwa pesan yang terkandung dalam Swastika tersebut adalah: “jagalah keseimbangan alam ini sehingga hidup dapat berlanjut”.

Baca entri selengkapnya »

Pendidikan Agama Menanggapi Masalah Lingkungan Hidup, Perspektif Kristen

oleh: Pdt. Tabita Kartika Christiani, Ph.D.

Pendahuluan

Masalah lingkungan hidup akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan, terkait dengan kerusakan (atau bahkan perusakan) alam yang terus menerus terjadi dan ancaman pemanasan global yang menakutkan bagi banyak orang. Selain ilmuwan, kaum agamawan juga diharapkan ikut berpartisipasi dalam mengendalikan proses perusakan alam oleh manusia, agar kelestariannya dapat dijaga. Maka refleksi teologis terhadap alam atau lingkungan hidup menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Sejalan dengan itu, Pendidikan Agama merupakan salah satu cara strategis untuk melaksanakan pembelajaran ekologis yang berdasar pada keyakinan agama. Berikut ini saya mengungkapkan beberapa pokok pemikiran dari sudut agama Kristen. Baca entri selengkapnya »

Kekerasan ‘Komunitas’ Agama di Indonesia*

AA.GN. Ari Dwipayana**

Pengantar

Sebagai bagian dari fenomen global, di Indonesia, politik identitas terasa semakin jelas kentara terutama sejak kejatuhan rejim Soeharto pada bulan Mei 1998. Dalam politik identitas, pertanyaan yang paling penting adalah who are we? (siapa kami? Sehingga ada batas jelas ispa mereka). Sehingga, berbagai komunitas dalam masyarakat akan merumuskan diri mereka sendiri dalam tema-tema kultural seperti kesamaan agama, bahasa, sejarah, nilai, kebiasaan dan lembaga. Setidaknya, bangkitnya kembali politik identitas ini terlihat dari munculnya dua gejala politik utama, pertama, terjadinya kerusuhan antar etnis di beberapa daerah seperti Kalimantan Barat, Maluku, Papua dan Kupang. Kedua, terjadinya tindak kekerasan dengan menggunakan sentimen-sentimen agama, seperti yang terjadi pada peristiwa Ketapang, Mataram, Kupang, serta Maluku.

Baca entri selengkapnya »

Membangun Mentalitas Pembelajar

Posted: 3 September 2010 in Artikel

Meski pun pendidikan dan pengajaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan bagai dua sisi mata uang, kita sering terjebak dalam kerangka berfikir yang tidak komplit. Kita sering mengkonotasikan tidak loancarnya pendidikan dengan gaji guru yang kurang, sekolah yang kurang dana, sekolah yang rubuh atau kurikulum yang tidak mendukung. Sementara proses pembelajaran seringkali tidak dicermati dan didalami.

Kita pasti mengenal betapa banyaknya hambatan yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan lancar dan betapa sering kita menutup mata pada capaiannya. Kita sering tida mempelajari kondisi lapangan beserta kompleksitasnya sehingga kita tidak tahu apakah pembelajaran kena atau tidak. Belum lagi kesempatan benchmark atau studi banding sering tidak kita manfaatkan secara maksimal sebagai bentuk pembelajaran. Kita pasti sadar betapa sering kita membuang muka dan pura-pura tidak tahu tentang kesalahpahaman persepsi dan ketidakjelasan dalam proses pembelajaran yang tidak kita benahi sampai tuntas.

Baca entri selengkapnya »

Oleh: Anis Farikhatin*

Upaya meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di SMA PIRI 1 Jogjakarta dimulai dengan melakukan survey. Dari hasil survey melalui pengamatan langsung di dalam  proses pembelajaran  terdapat kecenderungan  sebagai berikut: (1) mereka lebih banyak diam dan pasif, (2) mereka tidak banyak bertanya atau menjawab jika tidak ditunjuk, (3) mereka lebih suka mencatat, atau sebagian lagi mengantuk, (4) catatan yang mereka buat ternyata sulit dipahaminya ketika dilakukan fetback, (5) mereka tidak siap dengan pelajaran, terbukti banyak yang tidak membawa buku pegangan, atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah, (6) ada yang sering tidak masuk menghindari pelajaran agama karena belum bisa tugas hafalan

Baca entri selengkapnya »